
Antusias, SMP Negeri 2 Pengadegan Ikuti Lokakarya Pembelajaran dan Asesmen
Bertempat di SMA Negeri 2 Purbalingga, pengawas sekolah, kepala sekolah, beserta guru komite pembelajaran SMP Negeri 2 Pengadegan kembali mengikuti Lokakarya Program Sekolah Penggerak Angkatan 3 dengan topik Pembelajaran dan Asesmen, Sabtu (28/9/2024). Kegiatan tersebut merupakan lokakarya pertama pada tahun kedua sekolah penggerak angkatan 3 Kabupaten Purbalingga.
Kegiatan diawali dengan ice breaking sederhana sebagai pemicu semangat di awal pembelajaran. Seluruh peserta yang terdiri atas enam sekolah tampak mengikuti ice breaking dengan semangat dan ceria. Memasuki kegiatan, beberapa sekolah diberi arahan untuk menyampaikan hasil PMO sekolah. Kepala SMP Negeri 2 Pengadegan, Fitriani Tri Rahayu, S.Pd., menyampaikan hasil PMO dengan cukup detail, dimulai dari masalah rapor pendidikan SMP Negeri 2 Pengadegan hingga rencana aksi nyata yang akan segera dilaksanakan.
Selesai presentasi hasil PMO, peserta diarahkan ke classroom untuk mengunduh dan menjawab pertanyaan secara individu terkait pengalaman dalam melakukan asesmen awal pembelajaran dan merancang pembelajaran terdiferensiasi. Dalam kesempatan itu, Mutiasari, S.Pd. selaku guru komite pembelajaran SMP Negeri 2 Pengadegan mendapatkan kesempatan untuk menceritakan pengalaman menerapkan asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi di kelasnya. Beliau mengatakan bahwa asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi sudah dilakukan, tetapi masih butuh perbaikan, peningkatan, dan konsistensi. Begitu pun dengan beberapa guru lain. Rata-rata pelaksanaan asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi masih butuh perbaikan, peningkatan, dan konsistensi.
Memasuki kegiatan selanjutnya, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak, tetapi semua kelompok terdiri atas pengawas, kepala sekolah, dan guru. Para peserta diajak untuk menonton beberapa video secara kelompok, kemudian menuliskan di kertas plano hal baru yang didapat maupun kesamaan dan perbedaan tentang konteks pembelajaran dan asesman dari pengetahuan sebelumnya. Setelah itu, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Eri Setiawan, S.Pd., selalu perwakilan kelompok, mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya. Salah satu hal baru yang didapat adalah bahwa pembentukan kelompok sesuai gaya belajar sudah tidak perlu diterapkan karena tidak lagi selaras dengan merdeka belajar. "Nah, saya cukup lega bahwa tidak ada lagi pembentukan kelompok berdasarkan gaya belajar karena hal itu tidak sesuai dengan prinsip merdeka belajar. Bisa saja, satu siswa tidak hanya menyukai satu gaya belajar," terangnya.
Tak berhenti di situ, kegiatan lokakarya masih terus berlanjut dengan diskusi yang lebih kental lagi. Peserta guru dikelompokkan sesuai jenjang atau sesuai tingkat atau fase atau mata pelajaran sejenis untuk menyusun outline identifikasi kesiapan belajar peserta didik dan skenario pembelajaran terdiferensiasi. Sementara itu, kepala sekolah dan pengawas sekolah merancang bentuk dukungan terhadap implementasi pembelajaran terdiferensiasi di satuan pendidikan. Setelah selesai diskusi, beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Mengenai hal ini, intinya peserta guru, kepala sekolah, maupun pengawas sekolah sudah mampu membuat perencanaan atau dokumen-dokumen sejenisnya yang berorientasi pada pembelajaran dan asesmen yang terdiferensiasi. Hanya saja, masih perlu adanya perbaikan dan peningkatan.
Setelah peserta guru berhasil membuat skenario pembelajaran terdiferensiasi, mereka diarahkan untuk menyusun modul ajar berdasarkan format yang sudah disediakan. Sementara itu, kepala sekolah dan pengawas mendampingi. Tidak lupa setelah berhasil menyusun, beberapa peseera guru mempresentasikan modul ajar terdiferensiasi yang telah disusun dengan baik. Kemudian, kegiatan berakhir dengan pembuatan rencana aksi nyata observasi kelas mengenai penerapan pembelajaran terdiferensiasi.
Reporter: Eri Setiawan, S.Pd.